Minggu, 02 Desember 2018

perilaku organisasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perilaku manusia itu hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Dasar dari setiap perilaku adalah kegiatan. Sehingga dengan demikian semua perilaku itu adalah serangkaian aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan.
Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), atau dorongan (drive). Orang yang satu berbeda dengan lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada keinginan mereka untuk bekerja atau tergantung pada motivasinya. Adapun motivasi seseorang ini tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha mencapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang itu berperilaku, yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatan-kegiatan dan yang menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang. Manajer yang berhasil mendorong atau memotivasi karyawannya karena ia mampu menciptakan suatu lingkungan yang menjamin adanya suatu tujuan yang tepat bagi pemenuhan kepuasan kebutuhan.
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai yang berada di luar diri individu. Kadangkala tujuan diartikan pula sebagai suatu harapan untuk mendapat suatu penghargaan, suatu arah yang dikehendaki oleh motivasi. Tujuan ini ujung akhir dari lingkaran motivasi yang mengandung semua kegiatan untuk mencapainya.

B.           Rumusan Masalah
1.              Apakah pengertian motivasi?
2.              Apakah teori dari motivasi?
3.              Apa saja motivasi kerja?
4.              Bagaimana meningkatkan motivasi kerja seseorang?

C.          Tujuan Penelitian
1.              Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari motivasi.
2.              Untuk mengetahui apa saja teori motivasi.
3.              Untuk mengetahui motivasi kerja.
4.              Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan motivasi kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MOTIVASI
Terdapat banyak pengertian tentang motivasi. Diantaranya adalah Robert Heller (1998:6) yang menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak. Ada pendapat bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar, tetapi sekarang semakin dipahami bahwa setiap orang termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda. Di pekerjaan kita perlu memengaruhi bawahan untuk menyelaraskan motivasinya dengan kebutuhan organisasi.
Motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2001 : 205). Manajer perlu memahami proses psikologis ini apabila mereka ingin berhasil membina pekerja menuju pada penyelesaian sasaran organisasi.
Sedangkan Stephen P. Robbins (2003 : 156) menyatakan motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan  usaha terus-menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Intensitas menunjukkan seberapa keras seseorang berusaha. Tetapi intensitas tinggi tidak mungkin mengarah pada hasil kinerja yang baik, kecuali usaha dilakukan dalam arah yang menguntungkan organisasi. Karenanya harus dipertimbangkan kualitas usaha maupun intensitasnya. Motivasi merupakan ukuran berapa lama seseorang dapat menjaga usaha mereka. Individu yang termotivasi akan menjalankan tugas cukup lama untuk mencapai tujuan mereka.
Sementara itu, Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003 : 190) berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan. Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau energi di belakang tindakan. Motivasi juga berkepentingan dengan pilihan yang dilakukan orang dan arah perilaku mereka. Sedang perilaku menjaga atau memelihara berapa lama orang akan terus berusaha untuk mencapai tujuan.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan.

1)      Aspek dan Pola Motivasi
Aspek motivasi dibedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam aspek pasif atau statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan.
Keinginan dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu :
1.      Aspek motivasi statis yang tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya tujuan organisasi.
2.      Aspek motivasi statis yang berupa alat perangsang atau intensif yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pokok yang diharapkannya.

Dr. David McClelland mengemukakan pola motivasi sebagai berikut :
1.      Achievement motivation, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.
2.      Affiliation motivation, adalah dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain.
3.      Competence motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.
4.      Power motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

2)      Tujuan Pemberian Motivasi
1.      Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
2.      Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3.      Menignkatkan produktivitas kerja karyawan.
4.      Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
5.      Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
6.      Mengefektifkan pengadaan karyawan.
7.      Menciptakan suasana dan hubungan karyawan yang baik.
8.      Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.
9.      Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
10.  Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
11.  Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
12.  Dan lain sebagainya.

3)      Asas-Asas Motivasi
1.      Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
2.      Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya, dan kendala-kendala yang dihadapi.
3.      Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.
4.      Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberikan kewenangan dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik. Misalnya : ini tugasmu dan saya berharap anda mampu mengerjakannya.
5.      Asas  adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “asas keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. Misalnya permberian hadiah atau hukuman terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama.
6.      Aspek perhatian timbal-balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

4)      Alat-Alat Motivasi
1.      Material insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang dan atau barang yang mempunyai nilai pasar, jadi memberikan kebutuhan ekonomis. Misalnya kendaraan, rumah, dan lain-lainnya.
2.      Nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa barang atau benda yang tidak ternilai : jadi hanya memberikan kepuasan atau kebanggaan rohani saja. Misalnya medali, piagam, bintang jasa, dan lain-lainnya.
3.      Kombinasi material dan nonmaterial insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa material (uang dan barang) dan nonmaterial (medali-piagam); jadi memenuhi kebutuhan ekonomis dan kepuasan atau kebanggaan rohani.

5)      Jenis-Jenis Motivasi
1.      Motivasi positif (insentif positif) manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2.      Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasinya rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut dihukum; tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh manajer suatu perusahaan. Penggunaanya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.

6)      Metode-Metode Motivasi
1.      Metode langsung (direct motivation), adalah motivasi (material dan nonmaterial) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan utnuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain sebagainya.
2.      Motivasi tidak langsung (indirect motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja terang dan nyaman, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang tepat dan lain-lainnya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas kerja meningkat.

B.     TEORI MOTIVASI
Teori motivasi dikelompokkan atas :
1.      Teori Kepuasan (Content Theory)
2.      Teori Proses (Process Theory)
3.      Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

1.      Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan material maupun nonmaterial yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya. Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanya pun akan semakin baik pula.
Jadi pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (inner needs) dan kepuasannya. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan maka semakin giat orang itu bekerja. Misalnya mahasiswa X ingin lulus dengan nilai “A”. Ini mendorongnya lebih giat belajar dibanding dengan mahasiswa Y yang ingin lulus hanya dengan nilai “C” saja.
Tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut.

a.      Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow menyatakan bahwa, jika semua kebutuhan seseorang tidak terpuaskan pada suatu waktu tertentu, pemuasan kebutuhan yang lebih dominan akan lebih mendesak daripada yang lain. Kebutuhan yang timbul lebih dulu harus dipuaskan sebelum tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul. Tingkat kebutuhan tersebut:
1)      Kebutuhan jasmani. Kebutuhan jasmani mendominasi apabila kebutuhan tersebut tidak terpuaskan, dan tidak ada kebutuhan lain yang menjadi landasan motivasi.
2)      Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman meliputi perlindungan dari sakit badani, kesehatan dari penyakit, kehancuran ekonomi, dan hal yang tidak terduga.
3)      Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini dikaitkan dengan sifat sosial manusia dan kebutuhan akan persahabatan.
4)      Kebutuhan penghargaan. Ini adalah kebutuhan baik kesadaran akan kepentingan terhadap orang lain (harga diri) maupun penghargaan aktual dari orang lain.
5)      Kebutuhan aktualisasi diri. Pemuasan kebutuhan aktualisasi diri cenderung meningkatkan kekuatan kebutuhan lainnya. Jadi, apabila individu mampu mencapai aktualisasi diri, mereka cenderung termotivasi oleh peluang yang meningkat untuk memuaskan kebutuhan tersebut.[1]

b.      Teori Dua Faktor Herzberg
Beberapa kondisi kerja membentuk tingkat motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi. Namun, jika kondisi ini tidak ada, kondisi tersebut tidak membuktikan ketidakpuasan. Herzberg menjelaskan enam faktor motivasi, atau pemuas ini:
1)      Pencapaian.
2)      Pengakuan.
3)      Kemajuan.
4)      Pekerjaan itu sendiri.
5)      Kemungkinan pertumbuhan pribadi.
6)      Tanggung jawab.

2.      Teori  Proses
Teori proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan, bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Apabila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan proses sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini maka hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Jadi hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang. Hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin.
Karena “ego” manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik-baik saja maka daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan. Inilah sebabnya teori ini disebut teori harapan (expectancy theory). Jika harapan itu dapat menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya apabila harapan itu tidak tercapai akibatnya ia akan menjadi malas.
a.      Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa ketidakadilan yang dirasakan merupakan suatu kekuatan motivasi. Apabila seseorang percaya bahwa dia telah diperlakukan secara tidak adil dibandingkan dengan orang lain, dia akan berupaya menghapuskan ketidakadilan tersebut. Individu dipercayai untuk menilai keadilan dengan rasio input dan output. Input dalam suatu pekerjaan meliputi pengalaman, upaya, dan kemampuan. Hasil dari pekerjaan meliputi pembayaran, pengakuan, kenaikan pangkat, dan tunjangan.
b.      Teori Pengharapan Vroom
Vroom mengemukakan bahwa individu termotivasi pada pekerjaan untuk membuat pilihan di antara perilaku yang berbeda –contohnya- tingginya upaya kerja. Seseorang mungkin memilih untuk bekerja pada suatu tingkat rata-rata atau tingkat yang dipercepat. Pilihan ditentukan oleh individu tersebut. Jika seseorang percaya bahwa upaya bekerjanya akan cukup dihargai, akan terdapat upaya yang termotivasi; sebuah pilihan akan dibuat untuk bekerja sehingga imbalan yang diinginkan akan diterima. Logika motivasi pengharapan adalah bahwa individu mengarahkan upaya kerja mereka untuk mencapai kinerja yang menghasilkan imbalan yang diinginkan.

3.      Teori Pengukuhan
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari periaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya promosi tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Bonus kelompok tergantung pada tingkat produksi kelompok itu. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku ini.
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1.      Pengukuhan positif (positive reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengaruh positif ditetapkan secara bersyarat.
2.      Pengukuhan negatif (negative reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat.

Hukuman ada dua jenis, yaitu
1.      Hukuman dengan penghilangan (removed) terjadi, apabila suatu pengukuhan positif dihilangkan secara besyarat. Misalnya : kelambatan seseorang menyebabkan kehilangan sejumlah uang dari upahnya.
2.      Hukuman penerapan (application) terjadi, apabila suatu pengukuhan negatif diterapkan secara bersyarat. Misalnya : ditegur oleh atasan karena menjalankan tugas dengan jelek.
Sifat imbalan atau hukuman dan bagaimana kedua hal itu dilaksanakan sangat memengaruhi perilaku karyawan. Manajer perlu sekali mengatur waktu secara tepat dalam penggunaan imbalan dan hukuman dalam organisasi. Pengaturan waktu yang tepat dari perolehan ini dinamakan penjadwalan pengukuhan (reinforcement scheduling). Dalam jadwal yang paling sederhana tanggapan itu diberikan hanya sesudah beberapa kejadian dari suatu tanggapan dan tidak sesudah setiap tanggapan maka digunakan jadwal pengukuhan malar (terus-menerus) dan sewaktu-waktu akan menghasilkan prestasi yang sangat berbeda-beda.
Pertama: selama perkembangan awal dari suatu tanggapan, manajer lebih baik menggunakan pengukuhan malar (terus-menerus), karena ini akan mempercepat adaptasi penampilan awal.
Kedua: jika manajer berusaha mendukung suatu tanggapan (misalnya prestasi yang baik) maka jadwal pengukuhan sewaktu-waktu akan lebih efektif.
Contoh: Pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian sesudah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan hangat oleh manajer. Pengukuhan sewaktu-waktu adalah menyiapkan laporan bagi atasan atau mencalonkan diri bagi posisi yang lebih yang baik.


C.    MOTIVASI KERJA
Setiap manusia tentu mempunyai dasar alasan, mengapa seseorang bersedia melakukan jenis kegiatan atau pekerjaan tertentu, mengapa orang yang satu bekerja lebih giat, sedangkan orang yang satunya lagi atau yang lainnya bekerja biasa saja, tentulah semuanya ini ada dasar alasan yang mendorong yang menyebabkan seseorang bersedi bekerja seperti itu. Atau dengan kata lain pasti ada motivasinya.
Bagi seorang pimpinan perusahaan di dalam memberikan motivasi kepada bawahannya, pertama-tama harus mengetahui pengaruh-pengaruh mana yang dapat mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar mau bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dengan kata lain seorang pimpinan harus mengetahui seluk beluk motif, karema hal ini bersangkutan erat dengan tingkah laku para bawahannya yang harus dibina ke arah tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan.

Motivasi Positif dan Negatif
Pada garis besarnya motivasi yang diberikan dapat menjadi dua yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. (Heidjrahman R, 1984) Motivasi positif adalah proses untuk mencoba memengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Sedangkan motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunajan adalah lewat kekuatan yang membuat ketakutan.
Setelah mengkaji semua teori motivasi, persoalannya sekarang adalah apa artinya keseluruhan hal itu bagi para pimpinan atau manajer. Seperti yang telah dijelaskan, meskipun motivasi sangat rumit dan bersifat individual sehingga tidak akan ada jawaban yang paling baik, beberapa teknik motivasi yang menonjol dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Uang
Para manajer umumnya cenderung meletakkan upah pada tempat yang tinggi pada skala motivator, meskipun para ilmuwan cenderung meletakannya pada tempat yang rendah. Kemungkinan tidak satupun dari padangan itu yang benar. Tentang uang sebagai motivator dapat dilihat pada uraian berikut ini:
a.       Uang tampak lebih penting bagi orang-orang yang berusia muda sedang membina kehidupan keluarga dibandingkan dengan orang-orang yang telah “mapan” dalam arti kebutuhan mereka akan uang tidak mendesak. Uang merupakan sarana penting untuk mencapai standart kehidupan yang minimum, meskipun minimum ini sering beranjak ke atas pada saat orang-orang menjadi lebih makmur.
Contoh : seseorang yang suatu ketika merasa puas memiliki rumah kecil dan mobil sederhana boleh jadi sekarang hanya akan memperoleh kepuasan dengan adanya rumah besar yang menyenangkan dengan mobil mewah.
b.      Dalam semua jenis usaha pada umumnya, kenyataannya uang digunakan sebagai alat agar perusahaan tetap memiliki pegawai yang cukuo dan tidak semata-mata sebagai motivator.
Hal ini dapat dilihat dalam praktek untuk membuat tingkat upah dan gaji tetap kompetitif di kalangan perusahaan sehingga dapat menarik dan mempertahankan karyawan atau pegawai.
c.       Uang sebagai motivator cenderung menurun oleh praktek dalam perusahaan yang berusaha menyamarkan gaji para manajer, dengan kata lain berusaha agar orang-orang yang berada pada tingkat yang setara memperoleh kompensasi yang sama.
d.      Apabila uang diinginkan berfungsi sebagai motivator yang efektif, maka orang-orang yang berada dalam berbagai jabatan, meskipun pada tingkat yang sama, harus diberikan gaji dan bonus yang mencerminkan prestasi mereka secara individual yang mungkin terikat dalam praktek-praktek pemberian upah dan gaji setara.
Masalanya dengan kenaikan upah dan gaji umumnya, dan bahkan dengan bonus adalah bahwa pembayaran upah atau bonus mungkin dapat mencegah timbulnya ketidakpuasan atau niat untuk mencari pekerjaan lain, tetapi apabila tidak ada kaitannya dengan prestasi kerja, maka sukar diharapkan untuk dapat sebagai motivator yang kuat.
2.      Penguat positif
Pendekatan yang sering diacu sebagi penguat positif (positive reiforcement) atau modifikasi melalui penciptaan lingkungan yang baik, dengan memuji prestasi yang baik serta menghukum prestasi yang jelek yang menimbulkan hasil negatif.

3.      Partisipasi
Partisipasi pada dasarnya tanggap terhadap sejumlah motivator dasar. Partisipasi merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan seseorang. Partisipasi juga menimbulkan perasaan mencapai sesuatu dalam diri orang-orang. Dengan adanya partisipasi tidak berarti para manajer melepas tanggung jawabnya. Meskipun mendorong adanya keikutsertaan bawahan dalam hal-hal dimana mereka dapat membantu dan pada saat yang sama menghendaki keputusan dari mereka, maka para manajer harus mengambil keputusan itu sendiri. Bawahan yang terbaikpun tidak memiliki kekuasaan ini dan hanya sedikit bawahan yang menghormati atasan yang tidak dapat menjadi motivator yang baik.

4.      Kendala
Kendala melahirkan motivasi kerja positif, seperti iklim lingkungan yang tidak membangkitkan motivasi kerja agar lebih baik, lebih adil, lebih lurus atau jujur serta bersungguh-sungguh, adalah merupakan suatu tantangan besar bagi kita untuk memeranginya secara menyeluruh dan terpadu karena menyangkut perombakan struktural dalam “revolusi sikap mental”.

Motivasi Positif dan Negatif
Pegawai yang jenuh, apalagi frustasi, jelas tidak memiliki motivasi dalam melaksanakan tugasnya. Tidak ada motivasi berarti tidak memiliki sasaran tertentu dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
Bagi pekerja yang normal, motivasi secara otomatis akan timbul dari dirinya sendiri. Namun, tidak demikian halnya bagi mereka yang jenuh atau frustasi. Mereka membutuhkan bantuan dari pihak lain, yaitu semacam dorongan, atau sekedar cukuo, dapat ditingkatkan.
Pemberian motivasi, biasanya akan berhasil bila dilakukan oleh orang yang dekat dengan yang bersangkutan. Namun, sebenarnya atasanlah orang pertama yang wajib melakukannya.
Sebelum seorang atasan memberikan motivasi kepada bawahannya, maka ada baiknya terlebih dahulu mengetahui apa sebenarnya kebutuhan yang bersangkutan. Hal ini untuk menentukan sarana motivasi yang akan diberikan sehingga upaya yang dilakukan dapat benar-benar efektif.


D.    STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA
Para ahli perilaku memusatkan perhatian pada sejumlah program yang memotivasi para pekerja untuk memperbaiki kinerja mereka. Dua program yang telah dimanfaatkan oleh beberapa manajer merupakan penyuburan pekerjaan dan menghubungkan pembayaran kepada kinerja pekerjaan.
1.      Job Enrichment
Upaya memperbaiki efisiensi kerja maupun kepuasan pegawai dengan cara memberi kesempatan lebih besar untuk pencapaian dan pengakuan pribadi, pekerjaan yang lebih menantang dan bertanggung jawab, serta lebih banyak memberi peluang untuk kemajuan dan pertumbuhan diri. Kadang-kadang, hal itu hanya berkaitan dengan bentuk-bentuk tertentu seperti pembayaran dan kondisi kerja, struktur organisasi, komunikasi dan pelatihan, yang penting dan perlu meskipun hal ini mungkin merupakan hak mereka sendiri.[2]
Contoh. Volkswagen (VW) di Wolfsburg, Jerman, menderita kerugian pada awal tahun 1980-an setelah pertumbuhan dan laba berhenti pada tahun 1970-an.[3] VW harus mengotomatisasikan dan menggunakan robot untuk dapar bersaing dalam dunia perdagangan; mereka juga memutuskan menambah pekerjaan para pegawai pada ilmu perakitan. Pengenalan pekerjaan, peningkatan tanggung jawab atas pekerjaan, dan peningkatan otonomi kerja dibentuk ke dalam pekerjaan. Pendekatan motivasi ini telag memberikan sumbangan bagi meningkatnya kesetiaan pegawai, menurunnya absen, dan berkurangnya penggantian pegawai.

2.      Menghubungkan Imbalan dengan Kinerja Pekerjaan
Uang yang diterima oleh para pegawai merupakan sebuah paket yang terdiri dari pembayaran gaji dan berbagai tunjangan kesejahteraan, seperti asuransi kesehatan, pembayaran masa liburan, asuransi jiwa, dan cuti karena sakit. Teori motivasi kepuasan maupun teori motivasi proses menunjukkan bahwa uang dapat memberikan beberapa pengaruh atas upaya dan keuletan.
Sejumlah studi penelitian menyarankan kepada para manajer bahwa rencana imbalan, agar dapat memotivasi, harus menciptakan kepercayaan bahwa kinerja yang baik akan mengarah pada tingkat imbalan yang tinggi, memperkecil konsekuensi negatif dari kinerja yang baik, dan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga penghargaan yang diinginkan selain dari imbalan dapat dihubungkan dengan kinerja yang baik. Temuan penelitian menunjukkan bahwa banyak organisasi, meskipun mereka berusaha, tidak melakukan pekerjaan dengan baik berkaitan dengan imbalan untuk kinerja dalam pekerjaan manajerial atau nonmanajerial.

3.      Jam Kerja Fleksibel
Penelitian atas waktu fleksibel menunjukkan bahwa waktu itu dapat menjadi motivasi di mana absen dan terlambat masuk bekerja dapat dikurangi, demikian juga kepuasan kerja diperbaiki. Walaupun terdapat kesulitan dalam mengkoordinasikan jadwal, waktu fleksibel menyediakan bagi manajer sebuah metode untuk mengenali kebutuhan pegawai yang berbeda dalam mengatur waktu mereka. Kemampuan memberi sarana yang bukan kebutuhan kerja bagi pegawai merupakan pendekatan positif untuk motivasi yang akan terus memberikan daya tarik bagi para manajer dan pegawai.

Ada beberapa cara untuk menaikkan semangat dan kegairahan kerja dari karyawan, baik bersifat material maupun nonmaterial tergantung pada motivasi dan kondisi perusahaan serta tujuan yang ingin dicapai seperti:
1.      Memperhatikan kebutuhan rohani.
2.      Gaji karyawan yang cukup.
3.      Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
4.      Menciptakan suasana yang santai.
5.      Harga diri perlu mendapat perhatian.
6.      Memberikan kesempatan untuk maju.
7.      Perasaan aman.
8.      Karyawan perlu diajak berunding.
9.      Pemberian insentif.
10.  Fasilitas yang menyenangkan.
BAB III
PENUTUP

Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), atau dorongan (drive). Orang yang satu berbeda dengan lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada keinginan mereka untuk bekerja atau tergantung pada motivasinya. Adapun motivasi seseorang ini tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha mencapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang itu berperilaku, yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatan-kegiatan dan yang menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang. Manajer yang berhasil mendorong atau memotivasi karyawannya karena ia mampu menciptakan suatu lingkungan yang menjamin adanya suatu tujuan yang tepat bagi pemenuhan kepuasan kebutuhan.
Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan.





[1] Izumu Nonaka, “Origin of Japanese Quality Control,” Quality Control, Maret 1990,” hlm. 55-62
[2] Irving Janis, Victims of Groupthink (Boston: Houghton Mifflin, 1982) hlm. 17-45
[3] Hellriegel dan lain-lain, hlm.109




DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Sri Suyati. Perilaku Keorganisasian. PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta,
1995.
Gibson, James L., dkk. Manajemen Edisi Kesembilan. Erlangga, Jakarta, 1997.
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. Behavior in Organizations. New Jersey. Pearson
Education, 2003
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen. PT Bumi Aksara. Jakarta, 2001.
Heller, Robert. Motivating People. London. Dorling Kindersley Book, 1998.
Kreitner, Robert and Angelo Kinicki, Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill,
2010.
Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. New Jersey. Pearson Education, 2003
Wibowo, Prof. Dr. SE., M. Phil. Manajemen Kinerja. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2012.
Wibowo, Prof. Dr. SE., M. Phil. Perilaku dalam Organisasi. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2013.

perilaku organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Perilaku manusia itu hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain b...